Beberapa kerabat bertanya kepada saya menjelang tahun baru hijriyah. Apakah perlu mengucapkan Selamat Tahun Baru Hijriah (Islam)? Apakah makna tahun baru hijriyah secara hakiki dalam Islam? Lantas, saya balik bertanya untuk menanggapi pertanyaan awal tadi mengapa antum tidak bertanya kelayakan perayaan tahun baru masehi karena bukankah tahun baru masehi lebih utama dirayakan oleh sebagian besar orang. Lebih jauh saya berfikir, tanda tanya semakin mengakar di kepala saya karena tidak banyak pengetahuan tarikh saya maka untuk menjawab kedua pertanyaan ini saya merasa perlu untuk mengingat-ingat kembali dengan membuka-buka buku tarikh Islam dan mencari-cari informasi berkaitan hal ini. Sebenarnya ekspresi apa yang pantas untuk menunjukkan perasaan kita akan hadirnya bulan muharram. Bagaimana kita memaknai bulan ini. Apakah muharam harus disambut dengan kegembiraan atau kesedihan? Pertanyaan umum yang sering disampaikan saudara kita yaitu ketika muharram datang, apakah Rasulullah SAW sering merayakan muharam atau dengan kata lain mengucapkan selamat tahun baru hijriyah pada sesama muslim lainnya sehingga saat ini kitapun harus mengikutinya sebagai sunnah? Lalu pada bulan muharram apa yang sebaiknya dilakukan umat Islam?
Pada bulan Muharam, Rasulullah SAW mencontohkan untuk meningkatkan amaliyah ibadah, misalnya dengan berpuasa Assyura’ (pada tanggal 10 Muharram). Mengenai puasa ini terdapat silang pendapat apakah sunnah muakkad (ditekankan) atau ghairu muakkad (tidak ditekankan). Bahkan ada yang semakin terheran ketika ada suatu jamaah yang berpuasa melek untuk suatu tujuan tertentu, karena sebagaimana yang pernah saya alami bersama mereka pada tahun-tahun yang silam, saya rasa sama sekali tidak ada efek negatifnya, sama halnya dengan melakukan I’tikaf pada malam-malam bulan ramadhan.
Di antara keutamaan dan keberkahan bulan muharam, sebagaimana yang tercantum dalam Shahih Muslim dari Abu Hurairah radhiallahu anhu, berkata, “Rasulullah SAW bersabda: “Puasa yang paling utama setelah Ramadhan adalah (puasa yang jatuh pada) bulan Allah, (yaitu) Muharram.” (HR. Muslim)
Diantara keberkahan bulan Muharram berikutnya, jatuh pada hari kesepuluh, yaitu hari Assyura'. Hari Assyura' ini merupakan hari yang mulia dan penuh berkah. Hari Assyura' ini memiliki kesucian dan kemuliaan sejak dahulu. Dimana pada hari ‘Asyura ini Allah SWT menyelamatkan seorang hamba sekaligus NabiNya, Musa AS dan kaumnya serta menenggelamkan musuhnya, Fir’aun dan bala tentaranya. Sesungguhnya Nabi Musa AS berpuasa pada hari ini sebagai bentuk syukurnya kepada Allah. Sedangkan orang-orang Quraisy di zaman Jahilliyah juga berpuasa pada hari ini, begitu pula Yahudi. Mereka dulu berpuasa pada hari Assyura'. Berdasarkan pendapat kebanyakan ulama, puasa ini pada mulanya wajib bagi kaum muslimin sebelum diwajibkannya puasa Ramadhan, kemudian (berubah) menjadi sunnah. Sebagaimana yang tedapat dalam ash Shahihain dari ‘Aisyah RA, ia berkata: “Dahulu orang-orang Quraisy berpuasa Assyura' pada zaman Jahilliyah. Dan Rasulullah SAW sendiri juga berpuasa Assyura'. Ketika beliau hijrah ke Madinah, beliau terus melaksanakan puasa Assyura', dan memerintahkan orang-orang untuk berpuasa. Lalu ketika diwajibkan berpuasa pada bulan Ramadhan, beliau bersabda: Barangsiapa yang mau berpuasa ‘Asyura, berpuasalah dan barangsiapa yang ingin meninggalkannya, tinggalkanlah.’” (HR. Bukhari dan Muslim)
Dan juga tertera dalam ash Shahihahin dari Ibnu ‘Abbas RA, bahwa Rasulullah SAW datang ke Madinah dan beliau mendapati orang-orang Yahudi berpuasa pada hari Assyura'. Maka Rasulullah SAW bertanya pada mereka, “Hari apakah ini, yang kalian berpuasa di dalamnya?” Mereka menjawab: “Ini adalah hari yang agung, pada hari inilah Allah menyelamatkan Musa AS dan kaumnya, dan menenggelamkan Fir’aun dan bala tentaranya. Maka Musa berpuasa pada hari Assyura' ini sebagai tanda syukurnya.” Kemudian Rasulullah SAW bersabda: “Maka, kami lebih berhak terhadap Musa AS dan lebih diutamakan daripada kamu sekalian.” Lalu Rasulullah SAW berpuasa Assyura' dan memerintahkan kaum muslimin agar berpuasa. (HR. Bukhari dan Muslim)
Dan puasa pada hari ini memiliki keutamaan yang besar, dimana puasa ini dapat meleburkan dosa-dosa setahun yang lalu, sebagaimana tertera dalam Shahih Muslim, dari Abu Qatadah al Anshari RA: “Sesungguhnya Rasulullah SAW ditanya tentang puasa pada hari Assyura”, maka beliau bersabda: “Dia akan menggugurkan (dosa-dosa) setahun yang lalu.” (HR. Muslim)
Di antara keutamaan dan keberkahan bulan muharam, sebagaimana yang tercantum dalam Shahih Muslim dari Abu Hurairah radhiallahu anhu, berkata, “Rasulullah SAW bersabda: “Puasa yang paling utama setelah Ramadhan adalah (puasa yang jatuh pada) bulan Allah, (yaitu) Muharram.” (HR. Muslim)
Diantara keberkahan bulan Muharram berikutnya, jatuh pada hari kesepuluh, yaitu hari Assyura'. Hari Assyura' ini merupakan hari yang mulia dan penuh berkah. Hari Assyura' ini memiliki kesucian dan kemuliaan sejak dahulu. Dimana pada hari ‘Asyura ini Allah SWT menyelamatkan seorang hamba sekaligus NabiNya, Musa AS dan kaumnya serta menenggelamkan musuhnya, Fir’aun dan bala tentaranya. Sesungguhnya Nabi Musa AS berpuasa pada hari ini sebagai bentuk syukurnya kepada Allah. Sedangkan orang-orang Quraisy di zaman Jahilliyah juga berpuasa pada hari ini, begitu pula Yahudi. Mereka dulu berpuasa pada hari Assyura'. Berdasarkan pendapat kebanyakan ulama, puasa ini pada mulanya wajib bagi kaum muslimin sebelum diwajibkannya puasa Ramadhan, kemudian (berubah) menjadi sunnah. Sebagaimana yang tedapat dalam ash Shahihain dari ‘Aisyah RA, ia berkata: “Dahulu orang-orang Quraisy berpuasa Assyura' pada zaman Jahilliyah. Dan Rasulullah SAW sendiri juga berpuasa Assyura'. Ketika beliau hijrah ke Madinah, beliau terus melaksanakan puasa Assyura', dan memerintahkan orang-orang untuk berpuasa. Lalu ketika diwajibkan berpuasa pada bulan Ramadhan, beliau bersabda: Barangsiapa yang mau berpuasa ‘Asyura, berpuasalah dan barangsiapa yang ingin meninggalkannya, tinggalkanlah.’” (HR. Bukhari dan Muslim)
Dan juga tertera dalam ash Shahihahin dari Ibnu ‘Abbas RA, bahwa Rasulullah SAW datang ke Madinah dan beliau mendapati orang-orang Yahudi berpuasa pada hari Assyura'. Maka Rasulullah SAW bertanya pada mereka, “Hari apakah ini, yang kalian berpuasa di dalamnya?” Mereka menjawab: “Ini adalah hari yang agung, pada hari inilah Allah menyelamatkan Musa AS dan kaumnya, dan menenggelamkan Fir’aun dan bala tentaranya. Maka Musa berpuasa pada hari Assyura' ini sebagai tanda syukurnya.” Kemudian Rasulullah SAW bersabda: “Maka, kami lebih berhak terhadap Musa AS dan lebih diutamakan daripada kamu sekalian.” Lalu Rasulullah SAW berpuasa Assyura' dan memerintahkan kaum muslimin agar berpuasa. (HR. Bukhari dan Muslim)
Dan puasa pada hari ini memiliki keutamaan yang besar, dimana puasa ini dapat meleburkan dosa-dosa setahun yang lalu, sebagaimana tertera dalam Shahih Muslim, dari Abu Qatadah al Anshari RA: “Sesungguhnya Rasulullah SAW ditanya tentang puasa pada hari Assyura”, maka beliau bersabda: “Dia akan menggugurkan (dosa-dosa) setahun yang lalu.” (HR. Muslim)
Ada beberapa pesan perubahan dalam menyambut Tahun Baru Hijriah yaitu semangat hijrah merupakan semangat perubahan, sebagaimana pesan yang pernah disampaikan oleh para ustadz saya selama menyantri di Pondok Pesantren Daar el Qolam, yang mengambil ibrah dari berbagai macam peristiwa dahsyat salah satunya peristiwa hijrahnya Rasulullah SAW dari Makkah ke Madinah, yang sebelumnya bernama “Yastrib”, kurang lebih pesan tersebut diantaranya adalah:
1. Untuk berhijrah (berpindah) dari kebiasaan-kebiasaan lama yang tidak bermanfaat pada tahun-tahun sebelumnya agar tidak diulangi lagi di tahun baru Islam ini.
2. Untuk lebih melakukan amalan-amalan kecil namun dilakukan secara istiqamah, daripada hanya melakukan amalan-amalan besar tetapi hanya dilakukan sesaat karena sesungguhnya Rasulullah sangat menyukai amalan-amalan kecil namun dilakukan secara rutin terus-menerus.
3. Untuk tajdidun niat yaitu memperbaharui niat. Tidak hanya tahunnya saja yang baru namun segala perubahan diri harus diperbaharui ke arah yang lebih baik untuk meningkatkan spiritualitas dan ketakwaan kita. Berupaya dengan niat yang tulus ikhlas lillah agar tahun baru ini jauh lebih baik dari tahun kemarin dan membawa banyak manfaat bagi sekitar kita, keluarga maupun masyarakat muslim lainnya.
Umur kita semakin hari semakin berkurang, maka selayaknya dengan semakin berkurangnya umur kita berusaha untuk memanfaatkan kesempatan hidup di dunia ini dengan sebaik mungkin. Sungguh, tiada artinya penyesalan dan permohonan ampun apabila nyawa sudah berada di tenggorokan. Sesungguhnya penyesalan itu tidak akan pernah berada di awal. Maka, mari bersama berlomba mengaktualisasikan kehidupan yang lebih Islami. Fatabiqul khairat.
1 Comments:
SELAMAT TAHUN BARU BOS...\M/
Post a Comment