Proloque
Salam sejahtera untuk kita semua, mudah-mudahan Allah SWT selalu senantiasa melindungi kita dari hal-hal yang tidak baik. Banyak orang yang belum mampu melihat betapa indahnya kehidupan ini yang seharusnya patut kita syukuri dengan sangat. Mereka hanya membuka matanya untuk zuhud kecintaan terhadap dunia semata. Dalam fikirannya hanya ada harta yang merasa kurang cukup. Padahal, kalau dipikir lebih dalam, sebenarnya ia harus menjadikan harta itu sebagai sarana yang lebih baik untuk membangun sebuah kehidupan yang bahagia. Tapi sayang, malah menjual kebahagiaan hidup hanya demi mendapatkan harta, dan bukan bagaimana membeli kebahagiaan hidup dengan harta. Struktur mata kita telah diciptakan sedemikian rupa dan unik agar kita dapat melihat keindahan. Namun, ternyata kita acapkali membiasakannya hanya untuk melihat harta dan harta. Firman Allah yang berulang-ulang dinyatakan dalam surat Ar Rahman:
فَبِأَيِّ آلَاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ
"Maka nikmat Tuhan manakah yang kalian dustakan."
Memang, jika kita meyakini diri kita diciptakan hanya untuk meraih hal-hal yang kecil, maka kitapun hanya akan mendapatkan apa yang kita fikirkan seadanya Demikianlah sebaliknya, sebuah teori yang disebut repeatative Magic Power (mengulang-ulang dengan penuh keyakinan akan merubah suatu keadaan). Hal ini dapat kita saksikan dalam berbagai kenyataan hidup. Misal, seseorang yang ikut berlomba lari 100 meter, ia akan merasa capek tatkala telah menyelesaikannya. Lain halnya dengan seorang peserta lomba lari 400 meter, ia belum merasa capek tatkala telah menempuh jarak 100 atau 200 meter.
Begitulah adanya, jiwa hanya akan memberikan kadar semangat sesuai dengan kadar atau tingkatan sesuatu yang akan dicapai seseorang. Maka, pikirkan setiap tujuan kita setinggi mungkin. Jangan pernah putus asa selama masih dapat mengayunkan kaki untuk menempuh langkah baru setiap harinya. Sebab, rasa putus asa, patah semangat, selalu berpandangan negatif terhadap segala sesuatu, suka mencari-cari aib dan kesalahan orang lain, dan besar mulut hanya akan menghambat langkah, dan menempatkan hati dan jiwa di dalam sebuah penjara yang sempit dan pengap. Kesulitan-kesulitan dalam kehidupan ini merupakan perkara yang nisbi, yakni segala sesuatu akan terasa sulit bagi jiwa yang kerdil, tapi bagi jiwa yang besar tidak ada istilah kesulitan besar. Jiwa yang besar akan semakin besar karena mampu mengatasi kesulitan-kesulitan itu. Sementara jiwa yang kecil akan semakin sakit, karena selalu menghindar dari kesulitan itu. Kesulitan itu ibarat anjing yang siap menggigit dan ia akan menggonggong dan mengejar kits bila kits tampak ketakutan saat melihatnya. Sebaliknya, ia akan membiarkan kita berlalu di hadapannya dengan tenang bila kita tak menghiraukannya, atau kita berani menggertaknya.
Lalu bagaimana cara menyikapi kesulitan-kesulitan tersebut karena kita selalu akan merasakan keresahan, ketakutan dan hidup menjadi gelisah gulana tidak nyaman. Kurangnya atau lebihnya harta bukanlah sebagai parameter untuk mengukur kebahagiaan seseorang. Cara mengatasi masalah-masalah tersebut hendaknya kita dapat menciptakan perilaku yang lebih baik di lingkungan terdekat kita (keluarga).
Ibda' binafsih (mulailah dari diri sendiri).
Perilaku kasar dan kekerasan harus kita hindari terutama sebagai orang tua, yang memiliki pengatuh besar terhadap sikap dan menjadi panutan bagi anak-anak mereka, saling menghargai, patuhi perintah agama yang sering dianggap sepele dan terabaikan seperti shalat tepat waktu, shalat berjama'ah, ucapan salam kemudian jangan lupa sisihkan waktu malam untuk bangun dan curhat dan mengadu kepada Allah, lakukan shalat taubat, atau shalat sunah hajat lalu shalat witir, kemudian berdzikir sebanyak mungkin kemudian berdo'a, berdo'alah bukan dengan mulut saja tetapi hati pula turut berdo'a. Berdo'a boleh dengan bahasa kita, mintalah ampun atas dosa, mohonlah petunjuk, bimbingan dan kesabaran dalam menghadapi kehidupan ini, lakukan secara rutin dan ikhlas maka lingkungan keluarga kita akan tercipta suasana yang bahagia, damai, dan tentram. Semua hal tersebut yang dapat dilakukan ketika menemui kesulitan, kemudian belum terlambat jika kita menata kembali kehidupan ini, yang berlalu biarlah berlalu sebagai catatan kelabu dalam sejarah hidup. Tatap ke depan untuk mengisi sisa waktu dalam hidup ini dengan penuh harapan, kesabaran dan keihlasan serta berdzikirlah. Dzikir tidak sulit alias gratis dan dapat menumbuhkan ketenangan, ketentraman dan kedamaian. Dikir memang membuat hati tenang dan damai. Firman Allah SWT (Al Quran Ar Ra'ad:28):
الَّذِينَ آمَنُوا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُمْ بِذِكْرِ اللَّهِ ۗ أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ
“(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tentram dengan dzikir kepada Allah. Ingatlah bahwa hanya dengan dzikrullah hati menjadi tenang.”
Berdzikir itu mudah, hanya membaca kalimat thayyibah (yang baik) berulang-ulang seperti Dzikir Asmaul Husna, lakukan setelah shalat malam dengan ihlas jika lupa tidak shalat malam atau ketiduran lakukan shalat duha sebagai pengganti shalat malam, jika sibuk tidak sempat untuk itu, boleh kita lakukan ketika libur, shalat dhuha itu maksimal 12 rakaat minimal dua. Hadist Rasulullah SAW dapat medorong kita untuk melakukan dan rugi jika tidak melakukan "siapa saja dapat melakukan shalat dhuha lillahi Ta'ala, Allah akan membuatkannya rumah di Surga." Demikian semoga kita selalu mendapatkan hidayah dan inayah dari Allah SWT dan selalu ingat hidup didunia ini memang tidak kekal, ibarat fatamorgana. Hadapi dengan penuh kesabaran dan tawakkal kepadaNya. Dzikir pula menjadi tanda hidupnya hati. Sabda Rasulullah SAW: “Perumpamaan orang yang berdzikir kepada Allah dan orang yang tidak berdzikir, adalah seumpama orang yang hidup dan mati.” (HR. Bukhari)
Berdzikir itu mudah, hanya membaca kalimat thayyibah (yang baik) berulang-ulang seperti Dzikir Asmaul Husna, lakukan setelah shalat malam dengan ihlas jika lupa tidak shalat malam atau ketiduran lakukan shalat duha sebagai pengganti shalat malam, jika sibuk tidak sempat untuk itu, boleh kita lakukan ketika libur, shalat dhuha itu maksimal 12 rakaat minimal dua. Hadist Rasulullah SAW dapat medorong kita untuk melakukan dan rugi jika tidak melakukan "siapa saja dapat melakukan shalat dhuha lillahi Ta'ala, Allah akan membuatkannya rumah di Surga." Demikian semoga kita selalu mendapatkan hidayah dan inayah dari Allah SWT dan selalu ingat hidup didunia ini memang tidak kekal, ibarat fatamorgana. Hadapi dengan penuh kesabaran dan tawakkal kepadaNya. Dzikir pula menjadi tanda hidupnya hati. Sabda Rasulullah SAW: “Perumpamaan orang yang berdzikir kepada Allah dan orang yang tidak berdzikir, adalah seumpama orang yang hidup dan mati.” (HR. Bukhari)
Nantikan artikel selanjutnya yang berisi doa-doa amalan thariqat untuk kelapangan hati serta ijazah langsung dari almarhum Guru dari ibu penulis: Prof. KH. Anwar Musaddad yang memiliki banyak faedah baik dari sisi kesehatan dan bathin Insya Allah jika Allah SWT berkehendak.
1 Comments:
coba baca ini sob...
"http://beben-koben.blogspot.com/2010/02/widgets-by-mahesa-jenar.html"
semoga bermanffat :)
Post a Comment